A. Peluang Endek sebagai Industri Berbasis Budaya
Tenun ikat Bali atau endek merupakan produk budaya yang awalnya jenis kain tersebut hanya digunakan para orang tua dan kalangan bangsawan, tetapi kini sudah hampir sebagian besar masyarakat
Kain endek Bali sebagian besar didesain dan diproduksi untuk kepentingan pasar lokal Bali, sehingga warna, motif dan designnya sesuai selera masyarakat
Perluasan pasar ke pasar internasional juga sangatlah besar. Saat ini, TPT Bali telah memiliki tempat tersendiri di pasar dunia. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi
Selain masalah desain, motif dan warna yang sesuai dengan selera masyarakat, masalah lain yang di hadapi oleh pelaku industri endek adalah kurangnya promosi. Masih banyak perajin endek yang menggunakan sistem pemasaran sederhana, yaitu hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Menurut Ni Nengah Srianti (2009) selaku pengamat bisnis di
Oleh karena itu, keterlibatan semua pihak dalam mempromosikan endek yang lebih gencar dan melindungi endek dari penjiplakan, menjadikan endek dapat semakin terangkat seiring peningkatan kreativitas dan inovasi desainer lokal untuk memenangkan persaingan baik lokal, domestik maupun internasional (Gun, 2007). Keberhasilan industri tekstil, terutama dalam pasar ekspor, membantu peningkatan kesempatan kerja bagi masyarakat. Tahun 2008 jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri tekstil mencapai 10,28 juta tenaga kerja (Kompas, 2009). Peningkatan ekspor tekstil pastinya memberi efek peningkatan pendapatan nasional atau pengeluaran agregat. Apabila ekspor endek mampu mengalami peningkatan setelah inovasi pada endek diterapkan, maka ada kemungkinan terjadi efek multiplier terhadap pendapatan nasional. Selain itu, masuknya endek dalam pasar dunia akan dapat membukakan peluang kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja, sehingga angka pengangguran dapat ditekan, serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di sini, endek tidak hanya berpeluang masuk ke pasar dunia, tapi juga berpeluang meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ekspor endek.
B. Tri Hita Karana sebagai Keunggulan Budaya Lokal dalam Mendukung Kreativitas Industri Kerajinan Endek
Sifat tradisi dan kehidupan masyarakat di
Adanya perhatian terhadap semua unsur di dunia ini menjadikan busana yang dibuat oleh orang-orang bali dulu memiliki nilai lebih. Nilai lebih ini menurut desainer Abinanda sangat disadari oleh leluhur orang Bali dulu dan mereka mewariskan kepada generasi di bawahnya bahan-bahan pakaian yang berkualitas, yang pembuatannya melibatkan segenap ketekunan, kesabaran dan nilai seni yang tinggi (Putra, 2009). Seni menenun yang dilakukan oleh orang
Namun, dalam memasarkan endek dengan cara menyatukan endek dan cerita serta kekhasan budaya yang ada di dalamnya, endek yang dikomersilkan tetap hanya endek-endek yang memang boleh digunakan bukan endek yang disakralkan. Karena dengan mengkomersilkan endek yang memiliki nilai kesakralan dan hanya boleh digunakan pada saat-saat tertentu, akan merusak nilai dari endek itu sendiri. Oleh karena itu, kemampuan menciptakan endek yang lebih kreatif dapat dilakukan melalui kesadaran terhadap sekitar (Tri Hita Karana) dan memasarkannya sebagai kain yang memiliki nilai lebih dari cerita yang terkandung dalam endek tanpa harus mengkormesilkan endek yang memiliki kesakralan.
C. Upaya yang Dapat Dilakukan Dalam Mengembangkan Industri Endek
Dalam usaha menembus pasar dunia, diperlukan upaya-upaya untuk menjadikan industri endek sebagai industri berbasis budaya lokal, tapi mampu masuk pasar internasional. Beberapa upaya telah dilakukan oleh pihak-pihak terkait, namun masih ada beberapa upaya yang belum dijangkau oleh pelaku industri endek ataupun pemerintah.
1. Meningkatkan Daya Saing Endek Melalui Penciptaan Kreasi Endek
Dalam upaya menciptakan daya saing bagi endek di pasar nasional dan kemudian masuk ke pasar internasional adalah dengan meciptakan kreasi endek yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Ada beberapa cara untuk meningkatkan daya saing endek melalui penciptaan kreasi endek, yaitu:
a. Menciptakan desain endek yang lebih beragam seperti menambahkan bordir-bordir pada kain endek, mengkombinasikan endek dengan kain lain, dan menambahkan lukisan pada kain endek.
b. Membuat endek yang lebih atraktif dari segi warna, karena selama ini warna-warna kain endek terkesan monoton. Jadi dengan membuat warna-warna endek lebih atraktif dan sesuai selera pasar dapat meningkatkan daya saing endek.
c. Menciptakan motif-motif endek yang lebih dinamis tanpa menghilangkan unsur budaya yang ada, seperti mengunakan motif alam Bali atau motif penari Bali, dan ciri khas lainnya yang menunjukkan unsur budaya Bali dengan menggunakan desain bordir ataupun lukisan pada endek.
d. Menjadikan endek
2. Memasarkan Endek dengan Menjual Keunikan Endek
Di masyarakat internasional warisan budaya memiliki daya tarik tersendiri, apalagi di tengah kemajuan teknologi saat ini. Hal-hal yang mengandung nilai-nilai sejarah dan budaya yang kuat dan tradisional sangat dihargai oleh orang-orang di mancanegara, khususnya orang-orang Eropa dan Amerika. Untuk masuk ke pasaran internasional, endek tidak akan mampu menjuarai fashion dunia jika hanya menjual endek sebagai kain yang bagus. Oleh karena itu sangatlah penting agar para pelaku industri endek menjual endek sebagai kain yang bernilai sejarah dan budaya masyarakat
Sebaiknya endek tidak lagi dijual seperti menjual kain biasa. Penjualan melalui mulut ke mulut juga tidak akan membantu endek dalam merebut pasar domestik ataupun internasional. Diperlukan manajemen yang baik untuk memasarkan endek melalui media-media seperti internet ataupun melalui pameran-pameran yang berskala domestik ataupun internasional. Endek yang dipasarkan memang memiliki nilai budaya dan tradisional yang tinggi, tapi pemasaran yang dilakukan harus lebih modern dan mampu mengikuti perkembangan pasar.
3. Memasuki Pasar Dunia Melalui Perancang-Perancang Busana Ternama
Pemasaran endek saat ini masih belum bersifat tradisional dan belum ada gebrakan yang berarti untuk menjadikan endek sebagai fashion dunia, bahkan di Indonesia pun endek masih belum mampu menyaingi kepopuleran kain batik. Oleh karena itu diperlukan bantuan dari perancang-perancang busana untuk memperkenalkan endek lebih luas. Perajin endek bekerja sama dengan para perancang busana untuk memperkenalkan endek melalui pentas-pentas peragaan busana baik di tingkat nasional maupun internasional.
Kain endek, menurut salah satu desainer ternama di Bali, Tjokorda Gede Abinanda S sebenarnya dapat dikembangkan menggunakan hasil-hasil pemikiran baru tanpa harus kehilangan ciri yang paling mendasar dari tekstil yang dipergunakan (Putra, 2009). Rancangan baru ini mendekatkan rancangan tradisional setempat dengan trend yang berkembang di dunia internasional. Kuncinya adalah mengembangkan motif-motif tradisional menjadi motif-motif yang berorientasi pada pasar global. Karena konsep berpakaian masyarakat saat ini lebih didasarkan pada model dan kenyamanan serta mematahkan kesan berat yang dipikul endek. Beberapa desainer telah menjadikan endek sebagai busana yang tampil trendi dan sangat casual. Banyak ragam hias Bali yang sangat menarik bisa digali dan ditanam pada sebuah kain. Melalui tangan desainer ternama bukan tidak mungkin dari kain endek diciptakan busana bergaya pakaian India dengan warna dan patter-nya atau bergaya romantik atau mongolia dengan sentuhan etnik.
Gambar 4.1 Contoh Desain Busana dari Endek
Sumber : Dewa Ketut Putra, 2009
4. Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Endek
Peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan sangat diperlukan dalam mewujudkan tujuan endek menuju fashion dunia. Kemudahan perizinan untuk ekspor akan mendorong pelaku industri endek untuk mengekspor endek ke negara-negar yang potensial. Peraturan pemerintah di bidang perlindungan hak cipta juga diharapkan mendukung berjalannya industri kreatif berbasis budaya, khususnya endek. Banyaknya kasus penjiplakan dan pengakuan hak cipta sering sekali merugikan pemilik ide atau gagasan. Hal ini mungkin saja terjadi suatu saat nanti pada desain-desain endek yang telah diperkenalkan ke masyarakat, apabila pengurusan perlindungan hak kekayaan intelektual masih berbelit dan membutuhkan waktu lama serta biaya yang banyak.
Selain itu pemerintah dalam meningkatkan daya saing endek dapat memberikan pelatihan-pelatihan kepada perajin untuk menciptakan desain atau motif endek. Salah satu pelatihan yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing tenun dan bordir khas Bali,adalah menggelar pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi 15 orang perajin kecil di Kota Denpasar. Selain untuk mengajarkan teknik desain endek, pelatihan yang diadakan Deperindag Kota Denpasar juga bertujuan untuk menumbuh kembangkan usaha kecil di pedesaan sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Pemerintah Kota Denpasar juga melalui Dekranasda Kota Denpasar, mendorong para perajin binaannya untuk mengembangkan desain yang sudah ada melalui pelatihan dengan binaan dan arahan langsung dari desainer kondang Samuel Watimena yang memberi sentuhan modern tanpa menghilangkan karakter dan roh dari kain endek itu sendiri. Dari upaya tersebut lahirlah kain endek Denpasar yaitu perpaduan desain tradisional dengan estetika tumpal bordir modern yang dinamis dalam bentuk yang menjadi ciri khas kain endek Denpasar (Bisnis Bali, 2008).Pelatihan-pelatihan seperti di atas wajib menjadi agenda pemerintah daerah untuk memajukan endek sebagai industri yang berangkat dari budaya lokal menuju pasar internasional.
Upaya lain yang telah dilakukan oleh pemerintah dan sebaiknya dipertahankan bahkan diperluas ke segmen lainnya, adalah dengan mewajibkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Bali untuk menggunakan endek sebagai seragam. Upaya ini sangat membantu pemasaran endek, dan upaya ini dapat diperluas tidak hanya PNS tapi juga pegawai BUMN dan pegawai swasta, ini dapat dilakukan melalui imbauan pemerintah daerah. Dengan membiasakan endek di kalangan pegawai, bukan tidak mungkin endek akan lebih cepat masuk ke masyarakat domestik lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2008. Industri Kreatif. http://duniaanda.com/apa-aja-sich-industri-kreatif-itu.html [27 Maret 2009]
______. 2006. Proses Pembuatan Tenun Ikat. http://www.balinusahandicraft.com/process.html [27 Maret2009]
______. 2007. Angkat Daya Saing Endek, Disperindag Gelar Diklat Bordir. http://www.denpasarkota.go.id/instansi/?cid==kjN&s=i_berita&id=612. [ 4 April 2009]
Ardika, I Wayan. 2007. Kebudayaan Lokal, Multikultural, dan Politik Identitas dalam Releksi hubungan Antaretnis Warta Ekonomi Kearifan Lokal dengan Warga Cina di Bali. http://elka.umm.ac.id/artikel4.htm. [ 4 April 2009]
Ari. 2006. Endek Bali Jalan, tapi Terengah-Engah. http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=1901 [4 April 2009]
Bisnis Bali. 2008. Populerkan Endek Denpasar Gaet Desainer Ternama. http://www.bisnisbali.com/2008/07/23/news/gayahidup/n.html. [4 April 2009]
Disperindag. 2007. Direktori Perindustrian Provinsi Bali Tahun 2006. Disperindag. Bali.
Disperindag. 2008. Katalog Pameran Pekan Kesenian Bali. Disperindag. Bali.
Gorda, I Gusti Ngurah. 1999. Manajemen dan Kepemimpinan Desa Adat di Propinsi Bali dalam Perspektif Era Globalisasi. Denpasar: Widya Aksara Nasional Denpasar.
Gun. 2007. Tentang Rendahnya Daya Saing Motif Lokal Desainer Lokal Perlu Evaluasi. http://www.bisnisbali.com/2007/09/20/news/gayahidup/ut.html [27 Maret 2009]
Kompas. 2009. Penetrasi ke Timur Tengah Ekspor Tekstil Optimis capai 8 Miliar dolar AS. http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/02/23/14284033 [ 28 Februari 2009]
Kartiwa, Suwati. 2007. Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat. Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama.
Jhingan, M. L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Nusa Bali. 16 Juni, 2006. Bintang Puspayoga Luncurkan Endek Denpasar, Nusa Bali, hlm. 4.
Putra, Dewa Putu. 2009. Terang Suram Endek Bali. http://www.saradbali.com/edisi106/seni.htm [ 4 April 2009]
Simatupang, Togar M. 2008. Industri Kreatif. http://www.slideshare.net/togar/industri-kreatif-indonesia [ 4 April 2009]
Suarjaya. 28 Februari 2009. Perajin Endek Diminta Sinergi dengan Desainer. Bisnis Bali, hlm. 4.
Sukawati, Cok Gd. A. Putra. 28 Februari 2009. Membangun Bali dengan Spirit Yadnya dan Berbasis Kearifan Lokal. Bisnis Bali, hlm. 12.
Sukirno, Sadono. 2008. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Suryadistra. 2007. Tri Hita Karana. http://suryadistira.blogspot.com/2008/10/tri-hita-karana.html [4 April 2009]
Widiyanti, Arin. 2007. Industri Ekonomi Kreatif Menggeliat. http://www.detikfinance.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/10/tgl/23/time/170644/idnews/844156/idkanal/4 [ 27 Maret 2009]
Zumar, Dhorifi. 2008. Pentingnya Ekonomi Kreatif. No.12/Tahun XX/9 Juni 2008