Analisa Kredit dilakukan sebelum memberikan pembiayaan
kepada calon debitur atau penambahan pembiayaan kepada debitur. Prinsip 5 C
yang meliputi Character, Capacity,
Capital, Collateral, dan Condition
sering dijalankan dalam analisa kredit. Dalam pembahasan ini akan lebih
ditekankan tentang C yang terakhir yaitu condition.
Condition dalam pengertian ini adalah
faktor-faktor eksternal di luar dari perusahaan yang akan dibiayai namun dapat
mempengaruhi perusahaan tersebut. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua,
faktor makro dan faktor industri.
Faktor Makro
Faktor makro dapat berpengaruh langsung ke perusahaan
tersebut atau tidak langsung yaitu melalui industri tempat perusahaan tersebut
berada. Faktor makro seperti kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi baru,
demografi, dan hal serupa lainnya bisa langsung mempengaruhi sebuah perusahaan
tanpa mempengaruhi industrinya, seperti misalnya peraturan pemerintah yang
memberi batasan bunga komersial untuk KPR dengan tipe di bawah tipe 36, hal
tersebut dapat mengurangi keuntungan pengembang (developer) yang sudah melakukan akad kredit untuk rumah tersebut
dengan bunga komersial di atas ketentuan pemerintah. Namun, hal tersebut tidak
memberi pengaruh kepada keseluruhan industri pengembangan rumah rakyat.
Sedangkan pengaruh faktor makro secara tidak langsung adalah
faktor makro yang mempengaruhi sebagian besar bahkan keseluruhan industri
sehingga perusahaan yang di dalamnya otomatis menerima dampaknya juga.
Contohnya, keputusan pemerintah untuk membatasi ekspor karet demi menaikkan
harga karet dunia, akhirnya para pelaku bisnis karet di industri tersebut bisa menikmati harga karet yang cukup tinggi
setelah kebijakan tersebut di jalankan. Bisa juga seperti saat munculnya smartphone meningkatkan penggunaan jasa
layanan data dan internet dari industri telekomunikasi, industri telekomunikasi
tidak lagi hanya menjual fitur telepon dan pesan singkat. Perusahaan-perusahan
di dalam industri telekomunikasi mau tidak mau harus bisa menghadirkan layanan
data sesuai dengan perkembangan teknologi smartphone
mulai dari 3G, HSDPA, dan lain sebagainya jika tidak mau tertinggal dalam
industri.
Faktor Industri
Analisa industri sendiri dipersempit dalam batasan industri
tempat perusahaan tersebut menjadi anggotanya. Industri yang dimaksud di sini
adalah kumpulan usaha-usaha yang memproduksi atau menjual produk sejenis target
wilayah pemasaran yang sama. Alat yang paling sering digunakan untuk
menganalisa kondisi suatu perusahaan dalam industrinya adalah analisa Porter 5 forces dari Michael Porter.
Di dalam suatu industri setiap perusahaan di dalamnya akan
saling bersaing, dalam memperebutkan market
share dan keuntungan yang besar. Industri yang menggiurkan dan menjanjikan
keuntungan akan menarik pendatang-pendatang baru untuk masuk ke industri
tersebut, namun calon pendatang baru tersebut juga tidak langsung masuk ke
dalam industri hanya karena tergiur keuntungan, melainkan juga melihat hambatan
untuk masuk dan keluar industri tersebut. Selain menghadapi tekanan dari dua
arah tersebut, perusahaan juga akan mendapat tekanan dari pemasok (supplier) apabila daya tawar-menawar pemasok
(bargaining power of suppliers) lebih
besar daripada daya tawar menawar perusahaan akibat dari bahan baku tersebut hanya
bisa dibeli dari beberapa pemasok (tidak adanya pilihan). Begitu juga dengan
tekanan dari pihak pembeli (buyer),
daya tawar-menawar pembeli (bargaining
power of buyers) yang tinggi akibat banyaknya pilihan di pasaran akan
membuat perusahaan semakin tertekan. Kehadiran produk yang dapat menggantikan
produk yang diproduksi atau dijual perusahaan, juga semakin menyesakkan
perusahaan, karena pembeli dapat sewaktu-waktu beralih dari produknya ke produk
substitusi apabila terjadi kenaikan harga, perubahan kualitas, dan hal-hal
lainnya.
Meskipun demikian, kondisinya akan melegakan perusahaan jika
kelima faktor tersebut bersifat kebalikan dari apa yang telah dijelaskan di
atas.
Contoh:
Sebagai contoh, industri roti, saat ini dimana-mana bisa
ditemukan toko-toko yang menjual roti, mulai dari supermarket besar,
gerai-gerai roti, sampai roti-roti yang dijual di kaki lima. Saat ini bahkan
ada perusahaan roti nasional seperti Sari Roti yang menyentuh pelanggan sampai
pelosok-pelosok. Tekanan persaingan dari dalam industri saja sudah sangat
besar, namun masih dapat dilihat banyak pelaku usaha yang mencoba masuk bisnis
ini, karena hambatan untuk masuk ke dalam industri (barriers to entry) cukup rendah, seseorang hanya memerlukan mesin
pengadon, oven, dan resep membuat roti, bukan modal yang besar. Banyaknya
produsen roti dengan berbagai varian roti yang dijual, membuat pembeli memiliki
banyak pilihan, jika bosan dengan roti A pembeli dapat berganti roti B tanpa
memerlukan biaya pergantian begitu pula dengan produk substitusi, bosan dengan
roti pembeli bisa berganti biskuit atau puding, tanpa harus mengeluarkan biaya
akibat pergantian tersebut.
Sedangkan untuk bahan baku roti, yaitu tepung terigu, bisa
didapatkan dimana-mana, namun harga tepung terigu sudah dipatok. Selain itu,
terigu yang ada dipasaran bisa saja langka akibat produsen utama terigu yang
terkenal tersebut, memiliki group usaha produsen mie instan nasional, sudah
dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut akan mengutamakan kebutuhan group
usahanya daripada perusahaan-perusahaan roti yang hanya bisa menunggu pasokan
di pasaran.
Itulah sekilas ilustrasi tentang ancaman yang dihadapi oleh
perusahaan dalam suatu industri, namun bisa saja ancaman tersebut menjadi
peluang bagi perusahaan lainnya, tergantung dari strategi bisnis yang
diterapkan oleh perusahaan tersebut. Dalam analisa kredit, hal-hal di atas
perlu untuk diketahui oleh para analis, karena dalam menilai usaha calon
debitur, kemampuan perusahaan dalam menangani ancaman dan mengambil peluang
dari setiap faktor makro maupun faktor industri, akan mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam menjaga likuiditas dan keberlangsungan perusahaannya. Pada analisa
C terakhir, yaitu condition, minimal dalam
suatu analisa kredit dilakukan analisa terhadap lima aspek di atas. Seandainya
perusahaan memiliki kelemahan-kelemahan terhadap aspek-aspek di atas maka
risiko yang mungkin dapat terjadi pada saat pembiayaan sudah bisa dimitigasi
sejak awal, atau kelayakan perusahaan dapat dilihat terhadap bagaimana
perusahaan menghadapi kelemahan-kelemahannya tersebut, jika selama ini tidak
ada kemampuan untuk mengatasi/memitigasi permasalahan-permasalahan yang
berbenturan dengan industrinya maka bisa saja pembiayaan yang direncanakan
ditahan atau dibatalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar