Kamis, 07 Februari 2013

Analisa Industri Sebagai Alat Bantu Analisa Kredit



Analisa Kredit dilakukan sebelum memberikan pembiayaan kepada calon debitur atau penambahan pembiayaan kepada debitur. Prinsip 5  C yang meliputi Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition sering dijalankan dalam analisa kredit. Dalam pembahasan ini akan lebih ditekankan tentang C yang terakhir yaitu condition. Condition dalam pengertian ini adalah faktor-faktor eksternal di luar dari perusahaan yang akan dibiayai namun dapat mempengaruhi perusahaan tersebut. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua, faktor makro dan faktor industri.
Faktor Makro
Faktor makro dapat berpengaruh langsung ke perusahaan tersebut atau tidak langsung yaitu melalui industri tempat perusahaan tersebut berada. Faktor makro seperti kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi baru, demografi, dan hal serupa lainnya bisa langsung mempengaruhi sebuah perusahaan tanpa mempengaruhi industrinya, seperti misalnya peraturan pemerintah yang memberi batasan bunga komersial untuk KPR dengan tipe di bawah tipe 36, hal tersebut dapat mengurangi keuntungan pengembang (developer) yang sudah melakukan akad kredit untuk rumah tersebut dengan bunga komersial di atas ketentuan pemerintah. Namun, hal tersebut tidak memberi pengaruh kepada keseluruhan industri pengembangan rumah rakyat.
Sedangkan pengaruh faktor makro secara tidak langsung adalah faktor makro yang mempengaruhi sebagian besar bahkan keseluruhan industri sehingga perusahaan yang di dalamnya otomatis menerima dampaknya juga. Contohnya, keputusan pemerintah untuk membatasi ekspor karet demi menaikkan harga karet dunia, akhirnya para pelaku bisnis karet di industri tersebut  bisa menikmati harga karet yang cukup tinggi setelah kebijakan tersebut di jalankan. Bisa juga seperti saat munculnya smartphone meningkatkan penggunaan jasa layanan data dan internet dari industri telekomunikasi, industri telekomunikasi tidak lagi hanya menjual fitur telepon dan pesan singkat. Perusahaan-perusahan di dalam industri telekomunikasi mau tidak mau harus bisa menghadirkan layanan data sesuai dengan perkembangan teknologi smartphone mulai dari 3G, HSDPA, dan lain sebagainya jika tidak mau tertinggal dalam industri.
Faktor Industri
Analisa industri sendiri dipersempit dalam batasan industri tempat perusahaan tersebut menjadi anggotanya. Industri yang dimaksud di sini adalah kumpulan usaha-usaha yang memproduksi atau menjual produk sejenis target wilayah pemasaran yang sama. Alat yang paling sering digunakan untuk menganalisa kondisi suatu perusahaan dalam industrinya adalah analisa Porter 5 forces dari Michael Porter.

Di dalam suatu industri setiap perusahaan di dalamnya akan saling bersaing, dalam memperebutkan market share dan keuntungan yang besar. Industri yang menggiurkan dan menjanjikan keuntungan akan menarik pendatang-pendatang baru untuk masuk ke industri tersebut, namun calon pendatang baru tersebut juga tidak langsung masuk ke dalam industri hanya karena tergiur keuntungan, melainkan juga melihat hambatan untuk masuk dan keluar industri tersebut. Selain menghadapi tekanan dari dua arah tersebut, perusahaan juga akan mendapat tekanan dari pemasok (supplier) apabila daya tawar-menawar pemasok (bargaining power of suppliers) lebih besar daripada daya tawar menawar perusahaan akibat dari bahan baku tersebut hanya bisa dibeli dari beberapa pemasok (tidak adanya pilihan). Begitu juga dengan tekanan dari pihak pembeli (buyer), daya tawar-menawar pembeli (bargaining power of buyers) yang tinggi akibat banyaknya pilihan di pasaran akan membuat perusahaan semakin tertekan. Kehadiran produk yang dapat menggantikan produk yang diproduksi atau dijual perusahaan, juga semakin menyesakkan perusahaan, karena pembeli dapat sewaktu-waktu beralih dari produknya ke produk substitusi apabila terjadi kenaikan harga, perubahan kualitas, dan hal-hal lainnya.
Meskipun demikian, kondisinya akan melegakan perusahaan jika kelima faktor tersebut bersifat kebalikan dari apa yang telah dijelaskan di atas.
Contoh:
Sebagai contoh, industri roti, saat ini dimana-mana bisa ditemukan toko-toko yang menjual roti, mulai dari supermarket besar, gerai-gerai roti, sampai roti-roti yang dijual di kaki lima. Saat ini bahkan ada perusahaan roti nasional seperti Sari Roti yang menyentuh pelanggan sampai pelosok-pelosok. Tekanan persaingan dari dalam industri saja sudah sangat besar, namun masih dapat dilihat banyak pelaku usaha yang mencoba masuk bisnis ini, karena hambatan untuk masuk ke dalam industri (barriers to entry) cukup rendah, seseorang hanya memerlukan mesin pengadon, oven, dan resep membuat roti, bukan modal yang besar. Banyaknya produsen roti dengan berbagai varian roti yang dijual, membuat pembeli memiliki banyak pilihan, jika bosan dengan roti A pembeli dapat berganti roti B tanpa memerlukan biaya pergantian begitu pula dengan produk substitusi, bosan dengan roti pembeli bisa berganti biskuit atau puding, tanpa harus mengeluarkan biaya akibat pergantian tersebut.
Sedangkan untuk bahan baku roti, yaitu tepung terigu, bisa didapatkan dimana-mana, namun harga tepung terigu sudah dipatok. Selain itu, terigu yang ada dipasaran bisa saja langka akibat produsen utama terigu yang terkenal tersebut, memiliki group usaha produsen mie instan nasional, sudah dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut akan mengutamakan kebutuhan group usahanya daripada perusahaan-perusahaan roti yang hanya bisa menunggu pasokan di pasaran.

Itulah sekilas ilustrasi tentang ancaman yang dihadapi oleh perusahaan dalam suatu industri, namun bisa saja ancaman tersebut menjadi peluang bagi perusahaan lainnya, tergantung dari strategi bisnis yang diterapkan oleh perusahaan tersebut. Dalam analisa kredit, hal-hal di atas perlu untuk diketahui oleh para analis, karena dalam menilai usaha calon debitur, kemampuan perusahaan dalam menangani ancaman dan mengambil peluang dari setiap faktor makro maupun faktor industri, akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menjaga likuiditas dan keberlangsungan perusahaannya. Pada analisa C terakhir, yaitu condition, minimal dalam suatu analisa kredit dilakukan analisa terhadap lima aspek di atas. Seandainya perusahaan memiliki kelemahan-kelemahan terhadap aspek-aspek di atas maka risiko yang mungkin dapat terjadi pada saat pembiayaan sudah bisa dimitigasi sejak awal, atau kelayakan perusahaan dapat dilihat terhadap bagaimana perusahaan menghadapi kelemahan-kelemahannya tersebut, jika selama ini tidak ada kemampuan untuk mengatasi/memitigasi permasalahan-permasalahan yang berbenturan dengan industrinya maka bisa saja pembiayaan yang direncanakan ditahan atau dibatalkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar